Sebuah Kamar





Aku mendengar petir menyambar-nyambar dari langit yang tampak gelap dan awanpun sudah tidak dapat dilihat.Gerimis yang mulanya hanya tik – tik kecil mulai deras kemudian menjadi hujan yang lebat.Sebuah jendela kecil ku tutup rapat-rapat agar tidak ada air masuk ke dalam kamarku dan angin juga tidak  dapat menembus jiwaku.Hanya bayang- bayang pohon yang nampak bergoyang-goyang dari sudut kamar.
Begitu sunyi siang hari ini terasa, lima kamar kost yang lain telah pergi untuk bekerja sejak pagi tadi bahkan aku belum bangun dari tidurku.Kesendirianku ini membuat terus berfikir yang macam – macam kesana kemari tidak ada yang dapat aku lakukan selain menulis semua yang di otak ini apa yang kuinginkan di sebuah laptop kesayanganku.Saat mengetik terus teringat Linda yang menjual laptopnya dengan harga murah sehingga aku bisa  membelinya dengan uang yang kumiliki.Laptop inilah teman curhat segala hal yang terjadi di dalam di hidupku,semua tersimpan sangat rapi.
Di ruangan kira – kira 3 x 5 meter persegi ini menghabiskan keseharianku seperti mengejar mesin waktu yang terus berjalan saat usia bertambah tua saja.Mungkin saat aku nanti dapat meninggalkan kamar kecil ini akan banyak sekali yang tidak dapat dilupakan bahkan aku takut meninggalkannya karena sudah seperti sahabat setia saja selalu menungguku disaat aku sedang pergi ke kampus untuk kuliah  ataupun  ke toko untuk bekerja setiap hari.Tentu saja saat waktu luang hari libur seperti ini aku akan memberikan waktuku untuk sahabatku yang setia ini.Mungkin seandainya mampu berbicara kamar ini akan berbicara kepadaku dan memberiku jalan di setiap langkah ini,namun sepertinya sudah bekerja sangat keras karena sudah melindungiku dari panas ataupun hujan yang lebat sperti sekarng ini.Terimakasih teman kalaupun akan tiba waktunya untukku meninggalkanmu aku akan terus mengingat semua yang sudah terjadi selama kamu menemaniku.

Komentar