PUISI

Chairil Anwar

Kau si binatang jalang
Memulung kata dari jalanan
Puisi politik, sosial, dan kehidupan kau ciptakan
Demi sebuah karya agar terpandang
Tapi kritikus sastra hanya menertawakan
Terbuang, tercampur dengan deru dan debu jalanan

Kau juga penyair pejuang
Walaupun fisikmu tidak ada perlawanan
Kau mengekspresikan dengan puisi monumenal
Kata " boeng, ajo boeng " yang kau ambil dari kalimat tawaran - rayuan para penjaja seks di kota metropolitan
Mampu menumbuhkan semangat juang
Untuk mengusir penjajahan jepang

Iya....boeng kau chairil anwar
Tokoh nasional yang tak bergelar
Pemuda bohemian yang melewati alar menjalar
Hanya menuruti ego untuk menjadi penyiar

Boeng terimakasih
Karawang bekasi mu sudah menginspirasi
Pemuda milenial untuk membela negeri
Walupun tidak dengan perlawanan
Semangat juang pemuda tak kalah dengan perjuangan lautan api

Untuk mengenang
Puisi dari kau tidak terlekang
Hingga deru dan debu menerjang
Semangatnya pun tak hilang
Walau kau sudah tenang


Batang, 28 April 2020
Oleh : Farhan Khoirul Arrafi
           (Siswa MA Negeri Batang Anggota ekstra KIR, kelas XI Agama)




Isyarat Rindu

Kata demi kata kau rangkai
dengan amat sangat indah
Yang kan selalu menjadi inspirasi dalam hidup ini..
Membuat yang lemah kembali bangkit dan terus berjuang ..

Laksana Mentari..
Kau menuntun ku melangkah ...
Laksana Hujan yang membasuh perih
Kau bagaikan Oksigen yang selalu ada di dalan nafasku...
Kata kata mu hingga sekarang tak pernah ku lupakan
Bagai matahari yang ingin menemui bulan
Bagai pelangi yang muncul diteriknya siang..
Tiada yang mampu menggantikan rasa
Rindu ini ....
Yang selalu ku lirikkan dalam nyanyian ...
Rindu yang ku layangkan ke awan-awan ...
Rindu yang ku siratkan dalam tulisan....
Sudah kah kau temukan.....


Batang, 28 April 2020
Oleh : Selina lailatul silfa
           (Siswa MA Negeri Batang Anggota ekstra KIR, kelas XI Agama)




Tanpa Penyesalan

Anak-anak itu begitu polos
Mereka akan tumbuh dewasa bersama dengan tanah tinggalnya
Yang putih itu begitu sayang ketika berubah warna menjadi kelam
Karena pelukisnya tak tentu juga

Karena lahir dan tumbuh itu bukan pilihan
Kelak ketika kau menyadari bahwa sudah waktunya untuk dewasa
Segera bergegas untuk memperbaiki semua
Semua kesalahan yang telah berlalu bersama waktu

Tanah dan rumahmu telah membesarkanmu, seberapapun buruknya
Kau yang dewasa dapat memperbaiki
Meski tak sempurna dan butuh waktu
Tetaplah berjalan karena kesalahan itu tak berujung
Tetaplah berjalan melihat matahari
Tanpa penyesalan


Batang, 12 April 2020
Oleh: Murtiana Nainggolan
           Pembina ekstrakurikuler KIR MA Negeri Batang



Pelopor empat lima


Karyanya terkekang  terikat zaman
Namanya berkibar di mata sastrawan
Sempat tertolak dan diacuhkan
Lewat "Aku" karyanya tersampaikan
Tekadnya menggema
Menjadi pelopor empat lima
Mencipta revolusi sastra
Yang jaya pada masanya
Sosok perintis pujangga baru
Dengan semangat masih menggebu
Merombak aturan kaku
Yang mengekang tiap individu
Tak terikat aturan lama
Hanya menyuarakan keadaan jiwa
Dengan kertas ia bersuara
Mengucap pendapat pada sajak penuh sarat
Si binatang jalang
Yang kini terkenang

Batang, 28 April 2020
Oleh: Lia Afiana
   (Siswa MA Negeri Batang Anggota ekstra KIR)

Komentar